Bediding, Fenomena Dingin di Musim Kemarau

Berdampak pada pertanian dan peternakan

MUSIM kemarau biasanya identik dengan udara panas dan terik. Namun, di beberapa daerah, justru terjadi fenomena unik di mana suhu pada malam dan pagi hari terasa lebih dingin. Fenomena ini dikenal dengan istilah bediding, yang berasal dari bahasa Jawa “bedhidhing” yang berarti terasa dingin.

Bediding merupakan istilah untuk menyebut perubahan suhu yang mencolok, terutama di awal musim kemarau. Suhu udara menjadi sangat dingin menjelang malam hingga pagi hari, sementara di siang hari suhunya melonjak hingga panas menyengat. Fenomena ini biasanya terjadi selama tiga hingga empat bulan, antara bulan Juni sampai Agustus.

Baca Juga:  Menjemput Berkah 10 Muharram Saat Lebaran Anak Yatim

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), bediding merupakan siklus musiman yang ditandai dengan aktivitas angin monsun timuran yang bersifat kering-dingin. Fenomena ini biasanya terjadi selama periode musim kemarau, khususnya dari bulan Juni hingga September, dengan puncaknya pada bulan Agustus.

Bediding terjadi karena adanya angin monsun timuran yang membawa udara kering dan dingin, serta minimnya tutupan awan. Hal ini menyebabkan radiasi panas dari permukaan bumi tidak terperangkap, sehingga suhu udara menjadi lebih rendah daripada biasanya. BMKG mencatat, suhu terendah yang tercatat selama 30 tahun terakhir di Malang adalah 11.3°C pada Agustus 1994.

Baca Juga:  Memahami Sengkolo di Malam 1 Suro

Dampak Bediding: Kesehatan, Pertanian, dan Peternakan

Bediding tidak hanya memengaruhi suhu udara, tetapi juga memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan dan berbagai sektor lainnya, termasuk pertanian dan peternakan.

Terjadinya embun es atau frost di daerah dataran tinggi dapat merusak tanaman, menyebabkan layu atau bahkan kematian tanaman. 

Hal ini tentu saja berdampak pada hasil panen dan kesejahteraan petani. Oleh karena itu, petani perlu mengambil tindakan preventif seperti menutupi tanaman dengan plastik atau kain pada malam hari untuk melindungi dari embun es.

Tidak hanya tanaman, peternakan juga bisa terkena dampak negatif dari bediding. Suhu dingin yang ekstrem dapat menyebabkan kematian pada hewan ternak.

Baca Juga:  Bubur Asyura: Simbol Persatuan, Rasa Syukur, dan Nilai Luhur Islam

Suhu dingin yang menusuk dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan pada hewan ternak, seperti radang, diare, dan penurunan nafsu makan. Hal ini dapat berakibat pada kematian hewan ternak dan penurunan produksi.

Maka, peternak perlu memastikan hewan ternaknya mendapatkan perlindungan yang cukup dari suhu dingin, seperti menyediakan kandang yang hangat dan ventilasi yang baik.

Bediding merupakan fenomena alam yang perlu diwaspadai, terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah dataran tinggi. Dengan memahami dampak dan upaya penanggulangannya, diharapkan kita dapat meminimalisir kerugian yang ditimbulkan oleh fenomena ini.

Respon (1)

Komentar ditutup.