Joko Kendil

Cerita rakyat dari Jawa Tengah dengan pesan moral tentang pentingnya tidak menilai seseorang dari penampilan luar dan selalu bersyukur.

ilustrasi joko kendil

JOKO hidup masa kecil yang penuh dengan kekurangan. Ia tak memiliki tempat tinggal tetap dan mengandalkan belas kasihan orang lain untuk bertahan hidup. Penampilannya yang seperti kendil kecil membuatnya mendapat julukan “Joko Kendil”.

Suatu hari, Joko bertemu dengan Mbok Rondo, seorang wanita tua yang tinggal sendiri. Mbok Rondo yang baik hati menawarkan Joko untuk tinggal bersamanya. Joko pun dengan senang hati menerima tawaran tersebut dan membalas kebaikan Mbok Rondo dengan membantunya dalam berbagai pekerjaan rumah tangga.

Baca Juga:  Banjir di Pantura Jawa Tengah: Kemunculan Kembali Selat Muria?

Keinginan Menikahi Sang Putri

Seiring waktu, Joko tumbuh menjadi pemuda yang matang, namun penampilannya tetap seperti kendil. Suatu hari, ia memberanikan diri menyampaikan keinginannya untuk menikahi puteri raja kepada Mbok Rondo. Mbok Rondo yang mengetahui kesulitan yang akan dihadapi Joko, tetap mendukungnya.

Ketika mereka menghadap raja, sang raja memiliki tiga puteri yang cantik: Dewi Kantil, Dewi Mawar, dan Dewi Melati. Hanya Dewi Melati yang bersedia menerima lamaran Joko dengan sepenuh hati. Raja pun menyetujui pernikahan mereka dan merayakannya dengan meriah.

Baca Juga:  Ciung Wanara, Intrik dan Pengorbanan di Kerajaan Galih Pakuan

Kebersamaan Penuh Cobaan

Namun, kebahagiaan mereka tak berlangsung lama. Dewi Melati harus menghadapi ejekan dari kakak-kakaknya yang iri dengan pernikahannya. Suatu hari, saat raja mengadakan lomba ketangkasan, Joko Kendil tak dapat berpartisipasi karena sakit.

Baca Juga:  Jarang Diketahui, Bendera Merah Putih Dibuat Raja Kediri

Di tengah ejekan dan rasa cemas Dewi Melati, tiba-tiba muncul seorang kesatria tampan di arena. Ternyata, kesatria itu adalah Joko Kendil yang tubuhnya berubah atas kehendak dewa. Dewi Melati kaget dan terharu mendengar cerita suaminya. Sementara Dewi Kantil dan Dewi Mawar merasa malu dan iri atas kebahagiaan adik mereka.