Dipantara.com – Rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk membangun ”pulau sampah” di Kepulauan Seribu menuai pro dan kontra. Greenpeace Indonesia, melalui juru kampanyenya, Muharram Atha Rasyadi, menyuarakan kekhawatirannya terhadap potensi pencemaran laut yang dapat terjadi.
”Potensi pencemaran laut sangat besar, tidak hanya ke tanah dan udara, tapi juga ke perairan,” ungkap Atha, menyoroti dampak negatif terhadap ekosistem laut dan hasil tangkapan nelayan.
Kekhawatiran Atha lantaran kondisi kritis pengelolaan sampah di Jakarta, dengan TPA Bantar Gebang yang telah melebihi kapasitasnya selama bertahun-tahun. Kelebihan muatan sampah di TPA lain di Indonesia, memperparah permasalahan. Bahkan berujung pada kebakaran yang memperburuk krisis iklim.
”Ini menjadi sinyal bahwa faktor iklim dan cuaca dapat memperparah kondisi yang akan datang,” tegas Atha.
Pemilahan Sampah Adalah Kunci
Menurutnya, solusi yang lebih tepat adalah dengan fokus pada edukasi pemilahan sampah. ”Pemilahan harus menjadi kunci utama. Lebih dari separuh sampah saat ini adalah sampah organik yang pengolahannya sangat memungkinkan,” jelas Atha.
Di sisi lain, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, melihat solusi pulau sampah sebagai jawaban atas keterbatasan lahan di Jakarta untuk pembuangan sampah dalam sepuluh tahun ke depan. Pulau ini bahkan rencananya untuk menampung sampah dari wilayah Bodetabek (Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi).
Namun, Atha menekankan bahwa sampah terus meningkat setiap hari, bukannya berkurang. Hal ini, menurutnya, perlu menjadi perhatian serius.
Sementara itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya, Rosa Vivien Ratnawati, mengaku telah mengetahui rencana pulau sampah tersebut.
Namun, informasi yang ia terima masih bersifat informal dan belum ada kejelasan detail mengenai konsep dan desainnya. Vivien berharap pulau sampah ini hanya menampung residu dan mendukung pembangunan TPA baru di Jakarta, mengingat TPA Bantargebang yang hampir penuh dan volume sampah harian Jakarta mencapai 8 ribu ton.
Debat pulau sampah ini menjadi sorotan penting dalam upaya mencari solusi berkelanjutan untuk krisis sampah di Indonesia. Menimbang potensi pencemaran laut dan alternatif solusi yang tersedia, perlu kajian mendalam dan pertimbangan matang sebelum merealisasikan rencana tersebut.