PENANGGALAN Jawa, dengan perhitungan harinya yang unik, tak hanya menjadi penanda waktu, tetapi juga memainkan peran penting dalam berbagai kepercayaan masyarakat Jawa. Salah satu kepercayaan yang masih lestari hingga kini adalah tentang hari-hari yang rentan Sengkolo atau musibah. Kepercayaan ini semakin kuat pada malam 1 Suro, yang merupakan pergantian tahun dalam penanggalan Jawa.
Malam 1 Suro, yang jatuh pada tanggal 1 Muharram dalam penanggalan Islam, dipercaya sebagai waktu pergantian tahun yang penuh dengan energi magis. Dipercaya pula bahwa pada malam ini, dimensi antara alam manusia dan alam gaib menjadi lebih tipis. Hal ini memungkinkan gangguan gaib atau Sengkolo lebih mudah terjadi.
Konsep Weton dan Sengkolo
Sebelum menyelami lebih dalam tentang Sengkolo, penting untuk memahami konsep Weton. Weton adalah hari kelahiran seseorang berdasarkan penanggalan Jawa, dihitung dengan menggabungkan 7 hari (Senin-Minggu) dan 5 pasaran (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon). Kombinasi hari dan pasaran ini menghasilkan 35 weton yang berbeda, dan masing-masing weton diyakini memiliki karakteristik dan energi yang unik.
Neptu, nilai energi yang dimiliki setiap weton, dipercaya dapat mempengaruhi nasib dan keberuntungan seseorang. Perhitungan neptu ini didasarkan pada jumlah nilai hari dan pasaran. Sengkolo, di sisi lain, dipercaya sebagai kemalangan atau musibah yang menimpa seseorang akibat ketidakseimbangan energi. Ketidakseimbangan ini dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti pelanggaran adat, melakukan kegiatan di hari yang tidak baik, atau berada di tempat yang dianggap angker.
Malam 1 Suro, dengan energi magis yang dipercayanya kuat, dianggap sebagai momen yang tepat bagi Sengkolo untuk terjadi. Dipercaya bahwa pada malam ini, energi negatif lebih mudah menembus alam manusia, sehingga orang-orang dengan weton tertentu lebih rentan mengalami Sengkolo.
Respon (2)