Sosok  

Menengok Semangat Firdan Melestarikan Wayang di Era Digital

Menyalurkan Hobi, Merawat Budaya, Memikat Generasi Masa Kini

Firdan, remaja SMA yang getol melestarikan wayang dengan membuat wayang berbahan kertas.

GALINDRA Firdanuar Alfansyah, seorang pemuda dari Pasuruan, Jawa Timur, memilih jalan tak biasa. Ia mendedikasikan waktunya untuk melestarikan seni wayang melalui media kertas.

Bagi remaja yang akrab disapa Firdan itu, wayang bukan sekadar seni tradisional, tapi juga pewarisan budaya dan nilai-nilai luhur yang patut dilestarikan. Boleh dibilang, pelajar SMAN Gondangwetan itu tumbuh dengan buaian kebudayaan. Menonton pagelaran wayang sudah jadi kesukaannya sejak berumur tiga tahun.

Tak heran, berbagai tokoh pewayangan dihafalnya. Sampai-sampai, ia mahir membuat wayang. Meski hanya berbahan kertas, ia ingin wayang lebih dikenali generasi Z seusianya. Nonton pagelaran wayang, bagi Firdan, lebih menyenangkan ketimbang bermain media sosial, menonton YouTube ataupun TikTok.

Baca Juga:  Banyu Biru Pasuruan, Air Jernih Kaya Mineral untuk Kulit Sehat

Hampir setiap hari sepulang dari sekolah, ia sibuk sendiri di ruang tamu, diantara sisa-sisa potongan kertas, kuas, dan palet berisi cat air yang nyaris mengering. Kecintaan Firdan pada wayang dimulai sejak kecil. Ia terbiasa diajak kakeknya menonton pertunjukan wayang, dan kenangan indah itu membekas dalam dirinya.

Seiring waktu, ia mulai mempelajari seni pembuatan wayang, dan kertas menjadi medium pilihannya. Membuat wayang kertas bukanlah proses yang mudah. Dibutuhkan ketelitian, kesabaran, dan kreatifitas yang tinggi untuk menghasilkan karya yang indah dan bermakna.

Firdan tak gentar dengan tantangan ini. Ia terus berlatih dan mengembangkan kemampuannya, hingga menghasilkan wayang kertas yang tak kalah memukau dengan wayang kulit tradisional.

Baca Juga:  Desa Kayu Kebek Siap Jadi Destinasi Wisata Baru di Pasuruan

”Saya ingin menularkan kecintaan terhadap wayang di kalangan anak-anak seusia saya,” harapnya.

Kebanyakan wayang buatannya bercorak warna yang beragam, perawakannya ramping dengan kedua kaki yang rapat. Orang yang paham pewayangan tentu dengan mudah mengenali pakem itu.

”Rata-rata memang gaya Surakarta karena sejak kecil yang saya tonton memang gagrag Surakarta,” ungkap Firdan.

Ia sering membuat wayang dengan berbagai tokoh pewayangan, dan melengkapinya dengan detail-detail yang menarik. Tak jarang, ia juga memasukkan pesan-pesan terkini dalam karyanya, agar mudah dipahami oleh generasi muda.

Karya-karya Firdan telah menarik perhatian banyak orang. Ia menerima banyak pesanan wayang kertas, baik dari kolektor maupun pecinta seni. Tak hanya itu, ia juga sering diundang untuk mengikuti pameran dan pertunjukan seni.

Baca Juga:  Bahasa Jawa: Mengenali Empat Dialek Jawa Timur

Firdan tak ingin berhenti di situ. Ia ingin menjangkau generasi muda yang lebih luas, dan mengenalkan mereka pada keindahan dan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam wayang. Ia aktif di media sosial, dan sering membagikan video-video proses pembuatan wayang serta cerita-cerita tentang wayang.

Upaya Firdan dalam melestarikan wayang kertas patut diapresiasi. Di era digital yang serba cepat ini, ia menunjukkan bahwa seni tradisional masih memiliki tempat di hati masyarakat. Semangat dan dedikasinya menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus menjaga dan melestarikan budaya bangsa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *