KOTA Pasuruan, sering dijuluki sebagai kota tua. Jejak-jejak peradaban kolonial masih dapat ditemukan di berbagai sudut kota. Meskipun sebagian dari bangunan bersejarah tersebut kini telah hilang.
Salah satu yang cukup ikonik adalah tugu jam. Bentuknya mirip dengan tugu yang ada di perempatan Penjara. Dengan gaya indis yang sederhana namun khas, tugu jam yang ada saat ini hanyalah replika modern.
Namun, tugu-tugu semacam ini sudah pernah menjadi bagian dari lanskap kota Pasuruan pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Di masa lalu, tugu jam pernah berdiri di dua lokasi strategis: perempatan Kumala dan perempatan Jalan Balai Kota.
Keduanya memiliki desain yang hampir serupa dengan tugu jam di perempatan Penjara yang dibangun oleh Pemerintah Kota Pasuruan pada tahun 2022. Ciri khas tugu jam ini adalah tiangnya yang semakin mengecil ke atas.
Sedangkan jam itu sendiri berbentuk segi empat. Menampilkan petunjuk waktu di empat penjuru jalan. Tampilannya juga klasik. Hanya memadukan warna gelap dengan putih tulang.
Bedanya, tugu jam di perempatan Balai Kota jaman dulu dilengkapi dengan papan penunjuk arah. Dalam laporan berjudul 25 jaren Decentralizate in Nederlandsch-Indie (25 Tahun Desentralisasi di Hindia Belanda), terdapat potret tugu jam itu. Gambar diambil dari sisi utara.
Yang terlihat bukan hanya jarum-jarum jam saja. Tetapi juga papan penunjuk arah jalan. Seperti Bangil yang berada di arah barat. Dan Probolinggo di arah timur.
Gambar tersebut diperkirakan diambil sekitar 1928. Namun tak diketahui secara pasti kapan tugu jam di perempatan Balai Kota itu dibangun. Buku laporan tersebut lebih banyak menampilkan hasil pembangunan kolonial Belanda semasa 1905 hingga 1930.
Kota Pasuruan termasuk daerah yang menjadi obyek pembangunan tersebut. Kawasan ini dikenal sebagai pusat elit kolonial Belanda, di mana banyak gedung bersejarah masih berdiri.
Buktinya masih terlihat hingga sekarang. Betapa kota empat kecamatan ini masih banyak memiliki gedung-gedung klasik yang bersejarah. Nah, salah satu kawasan elit bagi kolonial Belanda di Kota Pasuruan berpusat di Jalan Pahlawan hingga Jalan Balai Kota.
“Memang disana menjadi kawasan elit bagi orang Belanda waktu itu,” kata Budayawan Kota Pasuruan, Roemlatif, semasa hidupnya.
Kawasan tersebut merupakan pusat pemerintahan kolonial. Gedung pemerintahan berada semasa kolonial bukan di Jalan Pahlawan, seperti kantor pemerintahan kota sekarang. Melainkan di Jalan Balai Kota. Tepatnya di gedung yang kini dijadikan kantor parlemen daerah.
Kawasan tersebut terus berkembang. Hingga menjadi hunian elit bagi orang-orang Belanda. Ada beberapa hotel yang dibangun. Salah satunya Hotel Tonjes yang sekarang menjadi kantor Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset. Sedangkan gedung Bank Jatim di Jalan Pahlawan dulunya merupakan sebuah guesshouse.
“Bisa dibilang, pusat peradaban semasa kolonial Belanda ada di Jalan Balaikota. Makanya wajar hingga saat ini banyak bangunan bersejarah yang bisa ditemukan di kawasan itu,” kata Roemlatif.
Mengenai tugu jam perempatan Balai Kota, Roemlatif masih sempat melihatnya langsung, sebelum lenyap dibongkar. Namun ia tak ingat kapan terakhir kali tugu tersebut menghiasi perempatan Balai Kota.
Ia memperkirakan, bangunan itu sudah lenyap setelah 1950-an. “Beberapa tahun setelah kemerdekaan, masih ada,” ujar mantan Ketua Dewan Kesenian Kota Pasuruan itu.
Tugu jam di perempatan Balai Kota, menurut Roemlatif, pernah menjadi ikon kota yang membantu warga mengetahui waktu. Dua lokasi tersebut bahkan jadi jujukan banyak orang. Terutama ketika sore hari. Ketika sebagian besar warga sudah selesai bekerja.
Berbeda dengan sekarang, di mana orang lebih mudah mengetahui waktu hanya dengan melihat layar gawai. Sedangkan jam tangan dengan mesin kuarsa saja, baru berkembang di atas 1969.
Kebanyakan orang zaman dulu masih memakai jam dengan mesin manual winding. Yang terkadang mati ketika dayanya habis. Dan untuk kembali mengisi dayanya, perlu memutar pada bagian crown agar mesin mekanikalnya berfungsi lagi.
”Dulu untuk mencocokkan jamnya, orang sering datang ke perempatan itu,” kenang Roemlatif.
Respon (1)