Dipantara.com – Tersembunyi di Jalan Hasanudin, Kota Pasuruan, berdiri megah sebuah bangunan bersejarah yang di kenal sebagai Rumah Singa. Di bangun sejak tahun 1825, rumah ini menyimpan kisah panjang perpaduan unik antara budaya Cina, Jawa, dan Eropa.
Di lansir dari situs resmi Pemkot Pasuruan, Rumah Singa awalnya di miliki oleh orang Belanda. Namun, kemudian di beli oleh seorang Kapitein der Chinezen bernama Tan Kong Seng, pada tahun 1840-an.
Setelah 20 tahun tepatnya tahun 1860 di lakukan renovasi dengan mendatangkan lantai marmer dan pagar besi dari Italia. Pada awal abad ke-20, Rumah Singa menjadi kediaman Ir. Kwee, cucu dari Tan Kong Seng.
Keluarga ini hidup dalam harmoni, mengadopsi budaya Cina, Jawa, dan Eropa. Akulturasi yang kaya ini melahirkan gaya arsitektur unik yang tak di temukan di tempat lain. Dengan begitu, para ahli menyebutnya sebagai “arsitektur Chinese of Pasuruan”.
Salah satu ciri khas Rumah Singa adalah patung singa yang sangat ekspresif di bagian depan. Singa ini melambangkan pemerintah Belanda pada masa itu. Disamping itu, gaya arsitektur Le Style Empire yang sangat populer di Hindia Belanda pada abad ke-19 juga terlihat jelas pada bangunan ini.
Gaya arsitektur yang di pengaruhi Prancis ini masuk ke Indonesia saat Daendels menjabat sebagai Gubernur Jenderal. Keindahan Rumah Singa semakin lengkap dengan adanya taman yang di penuhi bunga-bunga.
Suasana Jawa sangat terasa di setiap sudut ruangan, menciptakan perpaduan yang harmonis antara gaya Eropa dan lokal. Sebagai seorang kapitein yang memiliki hak istimewa, termasuk izin atas seluruh pegadaian di Pasuruan, wajar jika rumah Tan Kong Seng di desain semegah istana kecil di Eropa.
Letak Pasuruan sebagai kota pelabuhan juga memudahkan akses untuk mendatangkan berbagai barang impor.