Dipantara.com – Di sepanjang garis pantai Indonesia, tradisi maritim telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat pesisir. Salah satu tradisi yang masih lestari hingga kini adalah larung sesaji kepala sapi dalam acara Petik Laut.
Sebuah ritual yang sarat makna dan nilai budaya. Di Kota Pasuruan, Jawa Timur, tradisi Petik Laut baru saja di gelar dengan penuh kemeriahan, memancarkan rasa syukur dan doa para nelayan atas limpahan hasil laut selama setahun.
Tradisi itu berlangsung merupakan warisan leluhur sebagai ungkapan rasa syukur atas limpahan rezeki dari laut. Ritual ini di laksanakan dengan mengikuti kalender Islam, menjadi momen penting bagi para nelayan untuk memanjatkan doa dan harapan.
Perpaduan Tradisi dan Doa untuk Laut dan Nelayan
Acara Petik Laut di Kota Pasuruan berlangsung meriah, di pimpin langsung oleh Wali Kota Pasuruan Saifullah Yusuf. Gus Ipul mengapresiasi tradisi rutin ini yang terus di lestarikan oleh masyarakat pesisir.
Baginya, Petik Laut bukan hanya ritual, tetapi juga momentum untuk memperkuat rasa syukur atas kesehatan, keselamatan, dan rezeki yang melimpah selama setahun. Puncak acara Petik Laut adalah larung sesaji ke tengah laut.
Sesaji yang dilarung berupa kepala sapi, hasil bumi, dan hasil laut, diiringi doa-doa dan harapan para nelayan. Tradisi ini, selain sebagai ungkapan syukur, juga merupakan bentuk sedekah kepada laut, tempat mereka mencari nafkah.
Menjaga Tradisi dan Menghargai Alam
Tradisi Petik Laut di Kota Pasuruan bukan sekadar ritual, tetapi juga cerminan budaya maritim yang sarat makna. Tradisi ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kelestarian laut dan menghormati alam sebagai sumber kehidupan.
Respon (1)
Komentar ditutup.