PERTAUTAN Rara Anteng dan Jaka Seger bukan hanya menjadi cikal bakal Suku Tengger. Hidup dua insan pelarian itu juga mengisahkan cinta sejati, kesabaran dan pengorbanan.
Awal Mula Pertemuan
Rara Anteng adalah putri cantik dari Kerajaan Majapahit. Ia terpaksa mengasingkan diri dari gejolak politik kerajaan. Rara Anteng lalu bermukim di suatu desa bernama Krajan.
Di tengah pelariannya, ia bertemu Jaka Seger, yang juga tengah mencari kedamaian di sekitar Pegunungan Tengger. Jaka Seger diceritakan sebagai putra seorang Brahmana. Ia memilih menghindari kecamuk kerajaan dengan jalan mengasingkan diri. Jaka Seger kemudian sampai ke sebuah desa bernama Kedawung.
Pertemuan tak terduga ini lantas menumbuhkan benih cinta di antara mereka. Meskipun terhalang perbedaan kasta, cinta mereka tak tergoyahkan. Jaka Seger melamar Rara Anteng, dan pernikahan mereka disahkan oleh Resi Dadap Putih, pendeta yang juga orang tua angkat Rara Anteng. Namun, kebahagiaan mereka diuji. Sewindu berlalu, mereka tak kunjung dikaruniai buah hati.
Pesan Sang Hyang Widi
Dengan tekad bulat, Jaka Seger dan Rara Anteng melakukan semedi selama 6 tahun. Mereka berpindah arah setiap tahunnya. Usaha mereka membuahkan hasil. Sang Hyang Widhi Wasa memberikan wahyu.
Doa mereka dikabulkan. 25 anak lahir, yang seketika membawa sukacita bagi Jaka Seger dan Rara Anteng. Namun, bayang-bayang pengorbanan Raden Kusuma, anak bungsu mereka, selalu menghantui. Sebab Sang Hyang Widi Wasa berpesan, agar anak ragil itu dikorbankan. Dilempar ke kawah Gunung Bromo.